Aku tersenyum tipis dan rasa hangat menjalari wajahku
seketika. Ada apa denganku. Mengapa aku beraksi seperti ini. Logikaku berontak
dan keberatan, tetapi detak halus di rongga dadaku yang ambil bagian kali ini.
Ia seakan mengntrol seluruh gerak gerikku. Aku hanya bisa pasrah.
Aku tersenyum kagum. Seolah selalu tahu jalan pikiranku.
Saat ini entah mengapa, walau persediaan senyum palsuku habis, aku tidak merasa
perlu memasoknya lagi. Sejak dia bersamaku, aku merasa tidak lagi perlu senyum
palsu sekedar basa basi. Senyum yang terukir di bibirku, suka rela keluar dari
dalam hatiku yang penuh warna. Perlahan duniaku serasa berubah.
Aku duduk di hadapan laptopku. Layar yang tidak gelap dan
penuh dengan tulisan berderet-deret. Membuat perasaanku tenang. Aku memandang
jendela samping yang aku biarkan terbuka lebar. Rintik hujan di luar
menyebarkan bau daun dan tanah basah yang sangat nyaman.
Yang aku rasakan sekarang adalah kebahagiaan dan warna-warni
dalam hatiku yang terus berputar bagaikan pelangi. Kamu itu datang tiba-tiba,
kamu gak akan hilang tiba-tiba kan? Kamu itu sumber inspirasiku. Kalau kamu
pergi, aku gak bisa nulis lagi.
Malam yang indah walau bulan dan bintang tidak berminat
menjadi saksi atau mungkin mereka juga sibuk menghabiskan waktu berdua. Dan
tidak ingin menjadi sekedar pelengkap alam semesta yang hanya menambah
perbendaharaan kata-kata romantis murahan. Bagiku, malam ini adalah malam yang
sempurna. Aku merasa tidak perlu menambahkan berjuta juta kata untuk membuatnya
lebih sempurna.
Walau hanya sekilas, tetapi itu sudah cukup membuat semua
mendung menjadi cerah dan semua warna gelap berubah menjadi warna terang.
Mungkin dia manusia pertama yang mampu meihat diriku
sebagaimana adanya diriku. Melihat dan menerimaku apa adanya. Kenyataan yang
sebelumnya hanyalah mimpi usang untukku. Mimpi tentang seorang yang bisa
melihat dan menerima aku apa adanya. Tersenyum pada diriku yang sebenarnya.
Walaupun tanpa bertanya sepatah kata pun. Aku berharap bisa
mengenalnya tanpa harus menghujaninya dengan seribu satu kalimat tanya seperti
kebanyakan orang yang aku kenal selama ini. I think, i love you.
Kegelapan disekitarku tidak lagi terasa menakutkan dan
dingin. Hanya rasa hangat yang tertinggal, mengalir dari genggaman tangan yang
erat. Aku merasa duniaku sempurna.
Tetapi di dalam kegelapan yang sempura, kembali serpihan
luka masa lalu hadir di atas panggung sandiwara, di dalam rongga kepalaku yang
sudah kepenuhan memori. Sayangnya memory di dalam kepalaku tidak bisa dengan
mudah bisa aku hapus seperti layaknya aku menghapus memori usang dari
blackberry atau dari laptopku. Sehingga otakku sering error, loading terlalu
lama dan akhirnya perlu di restart.
Angin yang berhembus dari jendela yang sengaja aku buka
membuat dadaku terasa bersih dan perasaanku terasa ringan. Setelah dia datang
di kehidupanku. Laki laki tercinta yang membuat hidupku berwarna dan luka dalam
dagingku mengering.
Kamu seolah seperti angin yang berhembus tiba-tiba. Datang
dan pegi begitu saja tanpa meninggalkan pesan yang pasti. Aku menunggumu. Aku
selalu menunggu namamu muncul dalam layar handphone ku.
Aku bungkam. Isi kepalaku berubah menjadi serpihan
kaca yang berat dan menyiksa. Kemana perginya sebagian dari jiwaku? Kemana
perginya? Warna dalam hidupku selama beberapa bulan ini. Kenapa ia tidak
meninggalkan pesan apapun? Aku berusaha menenangkan hatiku. Aku berusaha
berpikir jernih bahwa dia mungkin lupa meninggalkan pesan. Atau sudah bosan
denganku? Aku tak menginginkan seperti itu. Sekali lagi, aku menyukaimu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar