Kamis, 07 November 2013

I think, I Love You

Aku tersenyum tipis dan rasa hangat menjalari wajahku seketika. Ada apa denganku. Mengapa aku beraksi seperti ini. Logikaku berontak dan keberatan, tetapi detak halus di rongga dadaku yang ambil bagian kali ini. Ia seakan mengntrol seluruh gerak gerikku. Aku hanya bisa pasrah.
Aku tersenyum kagum. Seolah selalu tahu jalan pikiranku. Saat ini entah mengapa, walau persediaan senyum palsuku habis, aku tidak merasa perlu memasoknya lagi. Sejak dia bersamaku, aku merasa tidak lagi perlu senyum palsu sekedar basa basi. Senyum yang terukir di bibirku, suka rela keluar dari dalam hatiku yang penuh warna. Perlahan duniaku serasa berubah.
Aku duduk di hadapan laptopku. Layar yang tidak gelap dan penuh dengan tulisan berderet-deret. Membuat perasaanku tenang. Aku memandang jendela samping yang aku biarkan terbuka lebar. Rintik hujan di luar menyebarkan bau daun dan tanah basah yang sangat nyaman.
Yang aku rasakan sekarang adalah kebahagiaan dan warna-warni dalam hatiku yang terus berputar bagaikan pelangi. Kamu itu datang tiba-tiba, kamu gak akan hilang tiba-tiba kan? Kamu itu sumber inspirasiku. Kalau kamu pergi, aku gak bisa nulis lagi.
Malam yang indah walau bulan dan bintang tidak berminat menjadi saksi atau mungkin mereka juga sibuk menghabiskan waktu berdua. Dan tidak ingin menjadi sekedar pelengkap alam semesta yang hanya menambah perbendaharaan kata-kata romantis murahan. Bagiku, malam ini adalah malam yang sempurna. Aku merasa tidak perlu menambahkan berjuta juta kata untuk membuatnya lebih sempurna.
Walau hanya sekilas, tetapi itu sudah cukup membuat semua mendung menjadi cerah dan semua warna gelap berubah menjadi warna terang.
Mungkin dia manusia pertama yang mampu meihat diriku sebagaimana adanya diriku. Melihat dan menerimaku apa adanya. Kenyataan yang sebelumnya hanyalah mimpi usang untukku. Mimpi tentang seorang yang bisa melihat dan menerima aku apa adanya. Tersenyum pada diriku yang sebenarnya.
Walaupun tanpa bertanya sepatah kata pun. Aku berharap bisa mengenalnya tanpa harus menghujaninya dengan seribu satu kalimat tanya seperti kebanyakan orang yang aku kenal selama ini. I think, i love you.
Kegelapan disekitarku tidak lagi terasa menakutkan dan dingin. Hanya rasa hangat yang tertinggal, mengalir dari genggaman tangan yang erat. Aku merasa duniaku sempurna.
Tetapi di dalam kegelapan yang sempura, kembali serpihan luka masa lalu hadir di atas panggung sandiwara, di dalam rongga kepalaku yang sudah kepenuhan memori. Sayangnya memory di dalam kepalaku tidak bisa dengan mudah bisa aku hapus seperti layaknya aku menghapus memori usang dari blackberry atau dari laptopku. Sehingga otakku sering error, loading terlalu lama dan akhirnya perlu di restart.
Angin yang berhembus dari jendela yang sengaja aku buka membuat dadaku terasa bersih dan perasaanku terasa ringan. Setelah dia datang di kehidupanku. Laki laki tercinta yang membuat hidupku berwarna dan luka dalam dagingku mengering.
Kamu seolah seperti angin yang berhembus tiba-tiba. Datang dan pegi begitu saja tanpa meninggalkan pesan yang pasti. Aku menunggumu. Aku selalu menunggu namamu muncul dalam layar handphone ku.
Aku bungkam. Isi kepalaku berubah menjadi serpihan kaca yang berat dan menyiksa. Kemana perginya sebagian dari jiwaku? Kemana perginya? Warna dalam hidupku selama beberapa bulan ini. Kenapa ia tidak meninggalkan pesan apapun? Aku berusaha menenangkan hatiku. Aku berusaha berpikir jernih bahwa dia mungkin lupa meninggalkan pesan. Atau sudah bosan denganku? Aku tak menginginkan seperti itu. Sekali lagi, aku menyukaimu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar