Kamis, 04 September 2014

Selamat Ulangtahun Tampan (2)


Selamat datang diumur sembilanbelas, Sayang. Saat kamu harus melepas sikap kekanak-kanakanmu dan siap menyapa dunia baru, dunia orang dewasa, yang katanya tak ada lagi dongeng yang meninabobokan tangis semalam. Tapi, di mataku, kamu tak pernah terlihat kanak-kanak.

Apa kabar kamu? Aku sudah lama tak mengikuti beritamu, tak lagi sibuk mencarimu, ataupun diam-diam mencuri kabarmu dari akun sosial media. Beberapa lama ini, aku sengaja tak memusingkan semua tentangmu, berusaha tak lagi candu akan kehadiranmu, dan tidak ingin tahu dengan siapa kamu menghabiskan sisa umurmu. Tapi, ya, seperti surat-suratku beberapa tahun yang lalu, kamu selalu berlabuh pada hati yang lain, yang tentu saja bukan aku sebagai dermaga pilihanmu.

Ini surat kedua dariku. Surat yang setiap tahun kubuat saat ulang tahunmu. Surat yang sebenarnya jika kutulis hanya menambah luka baru, rasa-rasa pahit yang entah mengapa sekarang telah bisa membuatku tersenyum setiap kali aku mengingatmu; mengingat kita. Surat ini kubuat di antara rasa lelahku ketika harus berjibaku dengan beberapa tokoh novel dalam tulisanku. Tulisan sederhana ini kuketik ketika mataku telah terantuk dan harusnya aku sudah meringkuk di atas kasurku. Tapi, demimu, aku rela melakukan apapun, meskipun tanpa sepengetahuanmu.

Mungkin surat ini tak akan kaubaca, karena kamu sekarang mungkin sudah sibuk dengan kekasih hatimu yang baru dan melupakanku. Tapi izinkan aku kembali mengingat dirimu yang pernah begitu sempurna di mataku. Beri aku sedikit ruang untuk bernafas setelah sekian lama dibikin sesak oleh kepergianmu. Malam ini hanya bunyi laptop-ku dan ketikan jemari di keyboard-kulah yang menemaniku untuk mengingat kenangan kita.

Ah, seaandainya dulu aku sudah mengerti apa arti kasih sayang dan cinta, pasti semua tak akan berakhir setolol ini. Lagipula, untuk apa diingat-ingat? Ini hari ulang tahunmu, senang- senang dululah! Ayo, sini duduk di sampingku, sedekat ketika kamu membagi makananmu untukku. Ceritakan apapun yang selama ini kulewati tentangmu, critakan saja semua, aku tak peduli entah itu tentang kedekatanmu dengan cewek lain, atau tentang pelajaran sastra bahasa yang sedang kau jalani saat ini, ceritakan apa saja; pasti kudengar, Sayang.

Kalau kamu mau dengar ceritaku, kamu pasti sudah bisa menebak. Aku masih terus membayangkanmu setiap malam ku, menjadi anak kuliah yang katanya “Tidak boleh menyepelekan tugas” tapi aku selalu meninggalkannya hanya ingin sendiri saja bersama angin menceritakan seluruh rahasia, lalu meneteskan air mata.

Oh iya, ngomong-ngomong selamat ulang tahun sekali lagi, maaf jika surat ini isinya hanya perkataan bodoh yang mungkin membuatmu bosan. Aku Cuma ingin kau paham, gadis ini belum melupakanmu barang sekecilpun. Kamu tetap yang pertama. Selalu yang pertama.
Selamat ulang tahun, pria yang pernah dan selalu ada. Aku masih bertanya-tanya, jika benar ini cinta, apakah kaujuga merasakan getaran yang sama?

Kita pernah bermimpi untuk selalu bersama
 Akan tetapi  jarak memisahkan kita
Dan saat jarak menyatukan kita kembali
Kita sudah tidak saling sapa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar