Selamat
datang diumur sembilanbelas, Sayang. Saat kamu harus melepas sikap
kekanak-kanakanmu dan siap menyapa dunia baru, dunia orang dewasa, yang katanya
tak ada lagi dongeng yang meninabobokan tangis semalam. Tapi, di mataku, kamu
tak pernah terlihat kanak-kanak.
Apa
kabar kamu? Aku sudah lama tak mengikuti beritamu, tak lagi sibuk mencarimu,
ataupun diam-diam mencuri kabarmu dari akun sosial media. Beberapa lama ini,
aku sengaja tak memusingkan semua tentangmu, berusaha tak lagi candu akan
kehadiranmu, dan tidak ingin tahu dengan siapa kamu menghabiskan sisa umurmu.
Tapi, ya, seperti surat-suratku beberapa tahun yang lalu, kamu selalu berlabuh
pada hati yang lain, yang tentu saja bukan aku sebagai dermaga pilihanmu.
Ini
surat kedua dariku. Surat yang setiap tahun kubuat saat ulang tahunmu. Surat
yang sebenarnya jika kutulis hanya menambah luka baru, rasa-rasa pahit yang
entah mengapa sekarang telah bisa membuatku tersenyum setiap kali aku
mengingatmu; mengingat kita. Surat ini kubuat di antara rasa lelahku ketika
harus berjibaku dengan beberapa tokoh novel dalam tulisanku. Tulisan sederhana
ini kuketik ketika mataku telah terantuk dan harusnya aku sudah meringkuk di
atas kasurku. Tapi, demimu, aku rela melakukan apapun, meskipun tanpa
sepengetahuanmu.
Mungkin
surat ini tak akan kaubaca, karena kamu sekarang mungkin sudah sibuk dengan
kekasih hatimu yang baru dan melupakanku. Tapi izinkan aku kembali mengingat
dirimu yang pernah begitu sempurna di mataku. Beri aku sedikit ruang untuk
bernafas setelah sekian lama dibikin sesak oleh kepergianmu. Malam ini hanya
bunyi laptop-ku dan ketikan jemari di keyboard-kulah yang menemaniku untuk
mengingat kenangan kita.
Ah,
seaandainya dulu aku sudah mengerti apa arti kasih sayang dan cinta, pasti
semua tak akan berakhir setolol ini. Lagipula, untuk apa diingat-ingat? Ini
hari ulang tahunmu, senang- senang dululah! Ayo, sini duduk di sampingku,
sedekat ketika kamu membagi makananmu untukku. Ceritakan apapun yang selama ini
kulewati tentangmu, critakan saja semua, aku tak peduli entah itu tentang
kedekatanmu dengan cewek lain, atau tentang pelajaran sastra bahasa yang sedang
kau jalani saat ini, ceritakan apa saja; pasti kudengar, Sayang.
Kalau
kamu mau dengar ceritaku, kamu pasti sudah bisa menebak. Aku masih terus
membayangkanmu setiap malam ku, menjadi anak kuliah yang katanya “Tidak boleh
menyepelekan tugas” tapi aku selalu meninggalkannya hanya ingin sendiri saja
bersama angin menceritakan seluruh rahasia, lalu meneteskan air mata.
Oh
iya, ngomong-ngomong selamat ulang tahun sekali lagi, maaf jika surat ini
isinya hanya perkataan bodoh yang mungkin membuatmu bosan. Aku Cuma ingin kau
paham, gadis ini belum melupakanmu barang sekecilpun. Kamu tetap yang pertama.
Selalu yang pertama.
Selamat
ulang tahun, pria yang pernah dan selalu ada. Aku masih bertanya-tanya, jika
benar ini cinta, apakah kaujuga merasakan getaran yang sama?
Kita pernah
bermimpi untuk selalu bersama
Akan tetapi jarak memisahkan kita
Dan saat
jarak menyatukan kita kembali
Kita sudah tidak
saling sapa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar