Sudah beberapa bulan sejak tulisanku yang lalu mungkin kamu
yang hari ini berbeda dengan kamu yang beberapa bulan yang lalu. Kamu yang
tumbuh menjadi pria dewasa , dan
semenjak aku memilih menimba ilmu di luar kota.
Sungguh sepertinya kita semakin jauh. Dan, kita semakin lupa untuk
saling mengingat dan merasakan yang pernah terjadi dulu.
Waktu bergerak begitu cepat, pertemuan dan perpisahan
seperti berganti ganti baju di tubuh kita. Dulu, kamu masih laki laki berambut
lurus yang lebih senang bermain biasa daripada
anak band sekarang. Dulu aku hanya perempuan lugu yang tak mengerti tentang
cinta. Kita berproses dalam waktu, bertambah dewasa dengan takdir yang kita tekuni. Semua sudah berbeda dan tak
lagi sama.
Apakah kamu masih menjadi laki laki dengan senyuman manis
yang dulu sering aku curi keindahannya, dengan diam menatapmu? Apakah kamu
masih orang yang sama? Apakah kamu masih orang yang sama, pria dengan sikap
sederhana yang mampu melayangkan bayang bayang menjadi kebahagiaan yang
mengalir pelan ? Ceritakan padaku apa yang kau alami semenjak perpisahan kita.
Kebahagiaan yang berlipat lipat kah ? Aku yakin kamu selalu bahagia, karena
kebahagiaanmu sering kurapal dalam doa.
Kita sudah lama tak saling bertatap mata, tapi aku tak
pernah lupa dengan sinar matamu yang menatapku dengan lugu. Aku tak bisa
melupakan senyummu yang sering kali membuatku bertanya tanya, tak ada diksi
untuk mengungkapkan perasaanku dulu. Mungkin kamu masih ingat, kita dulu masih
sangat kecil untuk berbicara dan berbincang tentang cinta. Karena hatimu dan
hatiku belum siap memahami yang terjadi pada saat itu, kita menjalani banyak
perasaan yang terkesan maya tapi terasa begitu nyata . Setiap pertemuan adalah
goresan baru dalam kertas putih, aku berharap tidak ada penghapus yang bisa
menghilangkan hari-hari menyenangkan yang pernah kita lalui dulu.
Kamu mengajarkanku banyak rasa. Dari rasa
canggung,malu,berbohong pada diri sendiri,bingung,memendam dan gak banyak
komentar. Sosokmu lah yang telah memacu ku untuk bisa bercerita melalui puisi,
puisi pertamaku yang bercerita tentang hal sederhana yang pernah kita lewati.
Pemilihan kata yang begitu berantakan, mungkin jika saat itu aku tunjukkan
kepadamu, kamu akan tertawa mengejekku. Lalu mengetuk kepalaku dengan
jemari-jemari kecilmu dulu. Betapa manisnya kita dulu, sayang semuanya kenangan
manis yang tak bisa terulang. Semua seperti mimpi yang sulit untuk diputar
ulang kembali. Seandainya hidup adalah kaset, aku ingin terus memainkan lagu
yang sama, lagu yang terdengar indah dan mesra... saat keluguan kita membiarkan
cinta ada dan tumbuh.
Hari ini , di umurmu yang semakin bertambah, delapanbelas
tahun rupanya. Aku hanya ingin mendoakan cita-cita dan harapanmu yang dulu
sempat kau ceritakan akan menjadi nyata, selalu lah menjadi dirimu sendiri dan
Tuhan akan slalu menjagamu J
Rindukah kamu dengan percakapan-percakapan yang mengundang
tawa itu? Dulu aku tak pernah berpikir untuk memperjuangkanmu. Aku hanya tau
perasaanku begitu unik dan menyenangkan. Kamulah yang pertama kali membuat
hatiku tergoncang. Aku juga masih ingat betul tempat-tempat yang pernah kita
kunjungi, nampaknya banyak yang sudah berubah. Begitu pula aku dan kamu yang
banyak berubah. Perasaan yang tak lagi sama , tapi entah mengapa aku tak bisa
melupakan kenangan yang pernah terjadi terlebih dahulu. Di balik ingatan yang
ada, menyakitkan memang jika aku selalu mengingat banyak hal yang tak pernah
kau ingat sepenuhnya kamu ingat.
Kita sudah lama tak bertemu, bagaimana wajahmu ? Masihkah
tatapan lembut seperti dulu? Apakah suara dan tawamu masih menyejukkan ?
Berbahagialah diumurmu yang baru, semoga kebahagiaan dan sepaket cita-citamu
selalu terwujud bersama dengan kuatnya usahamu.
Aku merindukanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar