Can we start over ?
Can we be strangers again ?
Let me introduce myself
We can laugh and talk
And relearn what we already know
And come up with new already know
And create new memories
And give each other
A second change
Rabu, 30 Juli 2014
Rabu, 23 Juli 2014
I don't care
Aku tidak peduli pada cemooh-cemooh temanku tentangmu. Tak ingin tau penilaian mereka tentangmu. Kata mereka kamu pemabuk, perokok, pengecut dan pemain wanita. Aku tak mau tau karena aku tak melihatmu dari segala sisi itu, kau sempurna dimataku. Kesempurnaan yang bisa aku baca dan kurasa ketika kita bersama...
Aku tidak peduli dangan perkataan orang-orang di sekitarku bahwa kita tidak akan bisa bersama lagi. Aku hanya bisa menjawab semua cacian itu dengan senyum dan berkata "Biar kami yang menjalani semua. Kami yang tahu apa yang terjadi selama ini." Dan, ketika ku jawab seperti itu, mereka hanya menggenggam bahuku seakan melihat gadis bernasib buruk sedunia. Aku sungguh tak merasa keburukan itu, bersamamu kurasakan kebahagiaan yang tak akan mereka pahami.
Aku tidak peduli dengan kedekatan kita yang semakin hari semakin tak jelas ini. kedekatan yang kian tak ku pahami. Aku tau kau disampingku, bersamaku, tapi kita berjarak meskipun dekat kembali. Seakan saling menghilang meskipun telah menemukan. Aku tak tahu kesalahan ini dinamakan apa. Yang aku tangkap, aku gadis yang tak tau ini itu tapi tau mencintai kamu. Ketika kita pertama menjalin hubungan, akhirnya berpisah, dan di pertemukan kembali. Ketika semua berjalan sangat panjang dan lama, aku tau semua akan berlanjut dan mungkin tak punya akhir yang pasti. Sekarang setelah menunggu selama tiga tahun, prasangka itu terjawab sudah, hubungan kita (seakan) tak bergerak sama sekali. Kita berjalan dan berpindah tapi seakan berputar di tempat yang sama, kita berjalan beriringan tapi tak kunjung bertemu di ujung jalan.
Aku seakan tidak peduli dengan perubahanmu yang semakin sulit kutoleransi. Kamu yang selalu hilang ketika aku butuhkan, kamu yang menjawab pesan singkatku dengan jumlah karakter yang bisa di hitung oleh jemari, kamu yang ku dengar dekat lagi dengan seseorang yang baru, dan kamu yang seakan tak pernah menunjukkan cinta dalam tatapan matamu padaku.
Awalnya, aku memang tidak peduli pada perasaan, status, dan cemooh orang lain tentang hubungan kita. Perkataan-perkataan bodoh dan penilaian negatif bahwa kita tak mungkin bersama kembali. Aku menutup telinga dan berusaha memelukmu dalam bayang-bayang, peluk hangat yang mungkin tak pernah kaurasakan hingga sekarang.
Tiga tahun, Sayang, aku berusaha tak peduli dengan presepsi mereka, pada datang dan pergimu. Tapi, setiap melihat wajahmu dari jauh, setiap kunikmati aroma tubuhmu yang duduk disampingku, setiap kulihat wajahmu saat menghembuskan asap rokok, dan setiap kudengar kabar bahwa kau sedang dekat dengan yang lain; rasanya ingin saja aku berhenti mencintaimu dan amnesia pada kedekatan kita yang terjalin kembali setelah kita berpisah tiga tahun lalu itu.
Aku tidak peduli, namun semakin aku tidak peduli, semakin aku takut kehilangan kamu.
Aku tidak peduli dangan perkataan orang-orang di sekitarku bahwa kita tidak akan bisa bersama lagi. Aku hanya bisa menjawab semua cacian itu dengan senyum dan berkata "Biar kami yang menjalani semua. Kami yang tahu apa yang terjadi selama ini." Dan, ketika ku jawab seperti itu, mereka hanya menggenggam bahuku seakan melihat gadis bernasib buruk sedunia. Aku sungguh tak merasa keburukan itu, bersamamu kurasakan kebahagiaan yang tak akan mereka pahami.
Aku tidak peduli dengan kedekatan kita yang semakin hari semakin tak jelas ini. kedekatan yang kian tak ku pahami. Aku tau kau disampingku, bersamaku, tapi kita berjarak meskipun dekat kembali. Seakan saling menghilang meskipun telah menemukan. Aku tak tahu kesalahan ini dinamakan apa. Yang aku tangkap, aku gadis yang tak tau ini itu tapi tau mencintai kamu. Ketika kita pertama menjalin hubungan, akhirnya berpisah, dan di pertemukan kembali. Ketika semua berjalan sangat panjang dan lama, aku tau semua akan berlanjut dan mungkin tak punya akhir yang pasti. Sekarang setelah menunggu selama tiga tahun, prasangka itu terjawab sudah, hubungan kita (seakan) tak bergerak sama sekali. Kita berjalan dan berpindah tapi seakan berputar di tempat yang sama, kita berjalan beriringan tapi tak kunjung bertemu di ujung jalan.
Aku seakan tidak peduli dengan perubahanmu yang semakin sulit kutoleransi. Kamu yang selalu hilang ketika aku butuhkan, kamu yang menjawab pesan singkatku dengan jumlah karakter yang bisa di hitung oleh jemari, kamu yang ku dengar dekat lagi dengan seseorang yang baru, dan kamu yang seakan tak pernah menunjukkan cinta dalam tatapan matamu padaku.
Awalnya, aku memang tidak peduli pada perasaan, status, dan cemooh orang lain tentang hubungan kita. Perkataan-perkataan bodoh dan penilaian negatif bahwa kita tak mungkin bersama kembali. Aku menutup telinga dan berusaha memelukmu dalam bayang-bayang, peluk hangat yang mungkin tak pernah kaurasakan hingga sekarang.
Tiga tahun, Sayang, aku berusaha tak peduli dengan presepsi mereka, pada datang dan pergimu. Tapi, setiap melihat wajahmu dari jauh, setiap kunikmati aroma tubuhmu yang duduk disampingku, setiap kulihat wajahmu saat menghembuskan asap rokok, dan setiap kudengar kabar bahwa kau sedang dekat dengan yang lain; rasanya ingin saja aku berhenti mencintaimu dan amnesia pada kedekatan kita yang terjalin kembali setelah kita berpisah tiga tahun lalu itu.
Aku tidak peduli, namun semakin aku tidak peduli, semakin aku takut kehilangan kamu.
Selasa, 22 Juli 2014
Senin, 07 Juli 2014
Aku Hanya Mau Kamu. Salah?
Aku
tak tau. Seakan memori ini terlalu berharga untuk diletakkan begitu
saja, dalam kotak kenangan. Menjadi kotak Pandora yang tak boleh dibuka,
tapi pasti senantiasa rasa penasaran terus menghantui dan ingin kubuka
setiap saat.
Kata orang, ada garis tipis, sangat tipis, antara tulus dan bodoh. Entahlah, aku mungkin berada di tengahnya. Di garis sangat tipis, hanya saja aku tak tau mana yang di bawah, tulus atau bodoh. Sehingga jika pada akhirnya gravitasi cintamu membuat tempat kuberpijak tak mampu lagi menahan, aku akan jatuh ke lubang ketulusan yang gelap tak berujung, atau kubangan kebodohan yang menggelitik nadi dan memutus semua logika.
Aku hanya mau kamu. Salah? Tolong beri aku alasan. Aku tak tahan lagi diterjang jarum detik tanpamu. Jarum yang bahkan malaikat pun tak bisa hentikan. Tanpamu terlalu sakit rasanya.
Aku sudah mencintaimu tanpa hati. Hampir seluruhnya kau bawa pergi, dan sisanya aku makan sendiri.
Sakit, tak apa kau menyakitiku. Seperti apa yang pernah aku katakan. Tak apa aku disakiti, sebagaimanapun. Daripada aku menyakiti, karena menyakiti rasanya lebih menyakitkan, melihat orang yang dikasihi kesakitan. Biarkan aku duduk di persimpangan jalan sepi ini.
Tak ada petunjuk arah ke mana kamu pergi. Aku hanya ingin kembali.
Kata orang, ada garis tipis, sangat tipis, antara tulus dan bodoh. Entahlah, aku mungkin berada di tengahnya. Di garis sangat tipis, hanya saja aku tak tau mana yang di bawah, tulus atau bodoh. Sehingga jika pada akhirnya gravitasi cintamu membuat tempat kuberpijak tak mampu lagi menahan, aku akan jatuh ke lubang ketulusan yang gelap tak berujung, atau kubangan kebodohan yang menggelitik nadi dan memutus semua logika.
Aku hanya mau kamu. Salah? Tolong beri aku alasan. Aku tak tahan lagi diterjang jarum detik tanpamu. Jarum yang bahkan malaikat pun tak bisa hentikan. Tanpamu terlalu sakit rasanya.
Aku sudah mencintaimu tanpa hati. Hampir seluruhnya kau bawa pergi, dan sisanya aku makan sendiri.
Sakit, tak apa kau menyakitiku. Seperti apa yang pernah aku katakan. Tak apa aku disakiti, sebagaimanapun. Daripada aku menyakiti, karena menyakiti rasanya lebih menyakitkan, melihat orang yang dikasihi kesakitan. Biarkan aku duduk di persimpangan jalan sepi ini.
Tak ada petunjuk arah ke mana kamu pergi. Aku hanya ingin kembali.
-daraprayoga-
Selasa, 01 Juli 2014
Kamu...
Sesosok perhatian yang selalu menanyakan keadaan dan akan takut apabila kita terluka atau dalam kondisi bahaya? Aku benci harus kehilangan kamu saat aku benar benar membutuhkanmu. Ada saat-saat dalam hidupku, saat aku tetap meyakini bahwa ini adalah sementara. Aku masih meyakini suatu saat aku akan menjadi satu-satunya lagi untuk selamanya dalam kehidupanmu.
Aku bangun, mengawali hari mengajak Tuhan berbicara,
mengatakan pada Tuhan bahwa aku sangat bersyukur bisa mencintaimu. Meskipun
kamu tak kan pernah tau sejauh mana aku selalu ada untukmu. Pait. Pait sekali
jika di rasakan. Tapi Tuhan baik padaku untuk di berinya kekuatan dan ketabahan
untuk menghadapi hatimu yang mungkin juga milik orang lain.
Usahaku begitu keras untuk mamatikan perasaan ini. Segalanya
memang tak mudah karena perjuangan ku untuk mu terlalu lama dan terus
berlanjut. Penyatuan kita juga tidak mendapatkan titik temu. Mungkinkah dulu hanya aku yang berjuang sendiri? Mungkinkah dulu hanya aku yang ingin kejelasan? Banyak
hari kulewatkan denganmu. Kamu menghangatkanku di tengah dinginnya malam dengan
candaan kecilmu. Bagaimana mungkin aku bisa begitu mudah melupakan hal-hal
spesial yang sempat kulewatkan bersamamu?
Kamu bisa mudah melupakan segalanya. Kebersamaanmu dengannya
sudah cukup menjawab semuanya. Aku bukanlah sosok yang kau harapkan. Aku selalu
berusaha untuk membahagiakanmu, namun nampaknya usahaku tak begitu terlihat
dimatamu. Aku mencoba menerima kenyataan dan perubahan itu....
Kamu tersenyum. Sederhana sekali. Ternyata, dari banyaknya pengabaian
dan rasa sakit yang kau berikan, aku masih bisa mencintaimu.
Langganan:
Postingan (Atom)