Senin, 16 Desember 2013

Because it's you

Apa dia lupa baru ditinggalakan kekasihnya? Sampai kemarin dia masih terlihat seperti mayat hidup. Lalu, sekarang? Bagaimana bisa orang itu tertawa sangat lepas seperti tadi? Apakah dia sudah bisa melupakan mantan kekasihnya yang sudah mengkhianatinya itu? Secepat itu? Bagaimana bisa? Entahlah.
Ketika melihatnya tertawa, aku ikut tertawa. Bersamanya seperti pulang ke rumah. Sangat nyaman. Namun, bagaimana kalau aku bukanlah rumah untuknya? Loving him, is it a sin ? jika aku tidak tau kapan start nya, aku harap aku bisa mendapatkan finishnya. Namun, bagaimana jika tidak ada finish? Jika dia lebih memilih kekasihnya sebagai garis finishnya. Aku tidak akan berhenti kecuali dia benar bahagia dengan wanitanya. Baru aku akan menyerah. Aku ingin realistis meski tidak logis. Bukankah tidak semua dongeng akan berakhir dengan bahagia? Jika dia hidup dengan hidupnya, aku juga akan hidup dengann hidupku. Semuanya masih terus berputar dalam orbitnya. Semua hanya akan berhenti jika dia sampai pada lintasanku, menjadikan aku sebagai pusat tata suryanya. Aku pernah membaca, kita akan bertemu dengan orang yang salah sebelum akhirnya dipertemukan pada orang yang tepat. Jika takdirku hanya dirimu, kau akan memilihku. Nanti.
Apa kau tahu seperti apa rasanya melepaskan sesuatu yang pernah kau miliki?
Ternyata kau memberiku banyak kenangan
What ?
Seperti menemukan kepingan terakhir dalam puzzle yang selama ini sedang aku susun. Kepingan yang terselip di antara kepingan lain, dan membuatnya kesulitan menuntaskan puzzle itu. Namun, setelah hari ini, setelah satu kalimatmu barusan, aku merasa telah utuh. Aku tidak akan melepasnya.
Tapi aku lupa bahwa dia tidak menganggaku seperti itu. Aku bukan pemeran utama dalam lakon hidupnya. Aku hanya figuran yang hanya sekali dibutuhkan. Aku mencintainya tanpa diketahui. Mencintai dalam diam. Mencintai dalam satu sudut pandang. Mencintai di satu sisi. Biarpun demikian, kadang aku merasa sangat bahagia.
Entahlah. Hanya saja, aku selalu merasa lebih baik jika kau berada di dekatku. Rasanya, bersamamu itu seperti... memiliki sebuah tempat dimana aku merasa baik baik saja. Kau seperti rumah untukku. Datang begitu alami. Membuatku terasa terlindung jika berada di dekatmu. Membuatku merasa tenang dan nyaman. Ketika aku merasa kehidupanku sangat buruk, aku selalu menemukanmu disana  membuatku menjadi tenang dalam sekejap. Sebuah rasa nyaman yang hanya bisa di dapatkan didalam rumah. Perlindungan yang pasti dan menjanjikan. Rasa sakit dalam bentuk apapun seperti lenyap begitu saja. Aneh. Aku benar-benar tak mengerti. Seperti, kenapa itu harus kau? Kenapa? Oh, aku harap kau tidak keberatan dengan penjelasanku ini..
Kehidupanku menjadi sangat mudah dijalani saat kau ada bersamaku. Sebaliknya, saat kau tak ada, aku kehilangan duniaku.
Kau begitu jahat, bagaimana bisa kau pergi setelah memberiku luka menyakitkan? Kekosongan ketika menatapmu, siapa yang berpaling, aku tak mampu menggapaimu. Kenangan masalalu ketika kita saling mencintai datang dan pergi. Air mata terus mengalir memanggilmu. Kenangan kenangan berharga menyebar di langit. Aku benci itu, aku tanpamu. Aku benci itu, kau tanpaku. Aku masih di tempat ini meskipun lampu sudah dipadamkan. Aku benci, aku benci diriku sendiri yang mengharapkannya. Aku benci, diriku sendiri yang terlalu mencintainya. Aku membenci semua cinta di dunia dan aku membenci “kami” segalanya yang dilupakan. Aku menghela napas panjang, diam menutup mata. Aku mendengar suaramu dan kemuadian lenyap. Hatiku berdebar memanggilmu. Aku membuang kenangan berhargaku ke langit.
Apakah semua luka akan hilan dengan sendirinya? Berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga luka yang dalam sekalipun bisa mengering dan sembuh?

Tidak ada gunanya memberi tahu pria itu, bukan? Memangnya kau kira dia akan mencarimu setelah kau  pergi? Bukankah kau pergi untuk meninggalkan pria itu? Jangan konyol! Kau bukan hal penting baginya! Kau harus segera melupakannya demi tuhan rasanya bisa sesakit ini...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar