Tak lupakah kamu dengan apa yang sudah kamu lakukan?
Kamu datang seperti duri, lalu pergi seperti mimpi. Tanpa diminta.
Namun ketika aku sedang benar-benar menginginkannya, kamu hanya memberi
ruang hampa. Apa yang kamu lakukan ini, semata cinta, atau hanya
permainkan rasa?
Jangan buang waktumu dengan membuang-buang waktuku. Jika tak ingin
miliki hati, jangan bawa pergi bahkan berlari dan tak kembali.
Kembalikan hati itu ke tempat semula jika kamu memang tak berminat
lipurkan lara.
Aku menghela napas.
Baik. Aku biarkan kamu pergi bawa hatiku. Tapi beri tahu aku, siapa
sebenarnya yang membawa hatimu, hingga kamu tak memilikinya sama sekali
untukku?
Halaman demi halaman aku tulis, bersama kamu. Sekian lama harusnya
kisah ini cukup kamu mengerti. Atau aku mestinya cukup pahami. Namun
cinta tak pernah sederhana. Pahit, iya.
Pena dengan tinta hitam kita ukir selengkung demi selengkung.
Beberapa halaman penuh coretan karena amarah yang merana, atau kadang
terciprat cemburu yang memburu.
Semuanya kita lanjutkan, karena aku anggap hidup harus terus
berlanjut. Dan cinta ini, adalah hidup. Setidaknya bagiku. Aku sudah
meninggalkan halaman usang di belakang. Aku berpegang sampai nyawa ini
kuregang, kamu yang aku sayang. Setidaknya sampai rasa itu hilang. Entah
terjadi atau tidak, ah, jika iya rasanya begitu malang.
Aku mencintamu dengan terlanjur.
Landakgaul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar