All that we are is the result of what we have thought .... If a man speaks or acts with an evil thought,
pain follows him.... If a man speaks or acts with a pure thought, happiness follows him, like a shadow that never leaves him.
Apa yang kita alami sebenarnya adalah akibat dari buah
pikiran kita sendiri. Bila seseorang berbicara atau bertindak
dengan pikiran atau niat yang buruk, maka kesedihanlah yang akan
mengikutinya. Sementara bila seseorang berkata-kata atau berbuat
dengan pikiran atau niat yang baik, murni, maka kebahagiaan akan
mengikutinya, seperti bayangan yang tidak akan pernah meninggalkannya.
Selasa, 16 September 2014
Ingin Berhasil, Harus Mau Berubah
Kali ini aku mau ngepostin tugas aku Mega Creativity dan semoga juga bermanfaat buat kalian, tugas ini tentang motivasi "Mengapa kita harus berfikir berubah?" . Semoga kalian cepat perubah sepertiku hehe..
Daripada kita terus memikirkan dampak kenaikan BBM serta
melihat tayangan perdebatan di TV yang malah bikin mumet, lebih baik sesegera
mungkin kita mencari solusi untuk tetap
bisa eksis dalam hidup ini. Memang ada rasa jengkel kalau menyaksikan ulah para
pemimpin dan wakil rakyat di DPR, namun apalah guna jika kekesalan kita itu tak
dapat tersalurkan apalagi tak berefek pada putusan apapun. Mending energi kita
digunakan untuk terus meningkatkan karya, demi diri sendiri, keluarga yang kita
cintai dan orang-orang terdekat kita.
Untuk menjadi lebih baik selalu dimulai dengan proses perubahan, dan terkadang perubahan itu tidak mengenakkan bahkan menyakitkan. Apapun yang ada didunia ini pasti mengalami perubahan, era atau jaman pun juga terus berubah. Kita bisa menyimak (karena mungkin kita tidak hidup pada era tersebut) perubahan dari era agraris ke era industri. Berapa banyak area pertanian dan peternakan yang diubah menjadi lahan industri? Munculnya pabrik-pabrik serta perumahan untuk hunian para pekerja, tentu akan menggeser mereka yang masih menggunakan teknologi manual pada era agraris.
Juga kita bisa menyimak ketika era informasi muncul. Industri, instansi dan individu yang tidak memanfaatkan teknologi informasi akan tereliminasi di papan bawah bahkan menghilang dari peredaran. Informasi dengan fasilitas internet, menjadi raja pada era ini. Kita bisa melihat begitu banyak sosial media bermunculan, teknologi berbasis internet juga terus melakukan inovasi untuk bisa bersaing. Semua itu ada dan dilakukan, adalah agar bisa terus beradaptasi dengan perubahan yang ada.
Tidak terkecuali diri kita. Untuk bisa eksis dan beradaptasi dengan perubahan yang ada, maka kitapun dituntut untuk terus Berubah. Dimana perubahan itu sudah kita alami semenjak masih bayi, yang pada saat itu kita hanya mampu menangis bila menginginkan sesuatu. Tapi seiring berjalannya waktu, kita akhirnya bisa merangkak lalu berjalan. Masih ingatkah pada saat kita belajar berjalan? Berapa kali kita terjatuh dan terbentur? Tentu sakit sekali rasanya. Tapi karena kita tidak pernah berhenti belajar, kitapun pada akhirnya mampu untuk berjalan, berlari, bersepada, naik motor bahkan mengemudikan mobil.
Untuk itu jika ingin beradaptasi bahkan bisa berhasil dalam hal apapun, mau tidak mau kita harus mau berubah. Dan perubahan awal yang harus dilakukan, adalah merubah Diri Sendiri dulu. Ada 3 hal yang perlu dilakukan dalam beradaptasi dan bisa berhasil dibidang yang kita inginkan:
Untuk menjadi lebih baik selalu dimulai dengan proses perubahan, dan terkadang perubahan itu tidak mengenakkan bahkan menyakitkan. Apapun yang ada didunia ini pasti mengalami perubahan, era atau jaman pun juga terus berubah. Kita bisa menyimak (karena mungkin kita tidak hidup pada era tersebut) perubahan dari era agraris ke era industri. Berapa banyak area pertanian dan peternakan yang diubah menjadi lahan industri? Munculnya pabrik-pabrik serta perumahan untuk hunian para pekerja, tentu akan menggeser mereka yang masih menggunakan teknologi manual pada era agraris.
Juga kita bisa menyimak ketika era informasi muncul. Industri, instansi dan individu yang tidak memanfaatkan teknologi informasi akan tereliminasi di papan bawah bahkan menghilang dari peredaran. Informasi dengan fasilitas internet, menjadi raja pada era ini. Kita bisa melihat begitu banyak sosial media bermunculan, teknologi berbasis internet juga terus melakukan inovasi untuk bisa bersaing. Semua itu ada dan dilakukan, adalah agar bisa terus beradaptasi dengan perubahan yang ada.
Tidak terkecuali diri kita. Untuk bisa eksis dan beradaptasi dengan perubahan yang ada, maka kitapun dituntut untuk terus Berubah. Dimana perubahan itu sudah kita alami semenjak masih bayi, yang pada saat itu kita hanya mampu menangis bila menginginkan sesuatu. Tapi seiring berjalannya waktu, kita akhirnya bisa merangkak lalu berjalan. Masih ingatkah pada saat kita belajar berjalan? Berapa kali kita terjatuh dan terbentur? Tentu sakit sekali rasanya. Tapi karena kita tidak pernah berhenti belajar, kitapun pada akhirnya mampu untuk berjalan, berlari, bersepada, naik motor bahkan mengemudikan mobil.
Untuk itu jika ingin beradaptasi bahkan bisa berhasil dalam hal apapun, mau tidak mau kita harus mau berubah. Dan perubahan awal yang harus dilakukan, adalah merubah Diri Sendiri dulu. Ada 3 hal yang perlu dilakukan dalam beradaptasi dan bisa berhasil dibidang yang kita inginkan:
1. Merubah Pola Pikir
Ada beberapa kata bijak, "Kita akan menjadi seperti yang kita pikirkan", "Kita akan bisa, jika kita pikir bisa". Ungkapan tersebut bukanlah hanya sekedar kalimat tak bermakna. Jika diibaratkan kita adalah seorang desainer, mampukah kita membuat sebuah gambar atau bangunan tanpa membayangkan dulu apa yang mau digambar dan dibuat? Begitupun sebuah harapan atau cita-cita. Kita takkan mampu memvisualisasikan apalagi mencapainya, jika didalam pikiran kita tidak pernah terbayang sebelumnya. Mari kita mulai merubah pola pikir kita untuk lebih positip secara perlahan. Usahakan merubah pikiran "Apakah saya bisa?" dengan "Saya harus bisa!". Daripada berpikir "Mengapa saya yang menanggung resiko ini?" lebih baik diganti "Saya siap menghadapi segala resiko!".
Ada beberapa kata bijak, "Kita akan menjadi seperti yang kita pikirkan", "Kita akan bisa, jika kita pikir bisa". Ungkapan tersebut bukanlah hanya sekedar kalimat tak bermakna. Jika diibaratkan kita adalah seorang desainer, mampukah kita membuat sebuah gambar atau bangunan tanpa membayangkan dulu apa yang mau digambar dan dibuat? Begitupun sebuah harapan atau cita-cita. Kita takkan mampu memvisualisasikan apalagi mencapainya, jika didalam pikiran kita tidak pernah terbayang sebelumnya. Mari kita mulai merubah pola pikir kita untuk lebih positip secara perlahan. Usahakan merubah pikiran "Apakah saya bisa?" dengan "Saya harus bisa!". Daripada berpikir "Mengapa saya yang menanggung resiko ini?" lebih baik diganti "Saya siap menghadapi segala resiko!".
2. Merubah Lingkungan
Untuk menjelaskan hal ini, saya akan memulai dengan sebuah pertanyaan, "Mengapa harga minuman soda dengan merk yang sama, tapi bisa dengan harga berbeda jika kita beli di warung, bandara, restoran dan hotel berbintang?". Yang membedakan bukanlah merk-nya, tapi dilingkungan mana minuman itu dijual. Pun sama dengan diri kita jika ingin berhasil, maka harus mau berganti lingkungan pergaulan dengan orang-orang yang berhasil. Jika ingin menjadi penulis yang berhasil, harus banyak berhubungan dengan penulis yang sudah berhasil. Jika mau jadi penyanyi yang berhasil, harus banyak berhubungan dengan penyanyi yang berhasil. Jika ingin menjadi petani yang berhasil, harus banyak berhubungan dengan petani yang sudah berhasil. Lingkungan dimana kita bersosialisasi, akan banyak berpengaruh terhadap pembentukan karakter serta tingkah laku kita.
3. Merubah Tindakan
Jika pola pikir kita sudah bagus serta lingkungan yang mendukung, tapi jika kita tidak melakukan apa-apa, maka kita takkan bisa berhasil dibidang apapun. Kita sudah men-setting pikiran untuk ber-wirausaha, lalu sering berhubungan dan belajar kepada wirausahawan/wati yang sukses, tapi kita belum melakukan usaha apa-apa, ya kitapun juga takkan mendapat apa-apa. Kita harus bisa merubah tindakan yang tidak efektif dengan tindakan yang produktif. Sebisa mungkin untuk mengurangi aktivitas yang membuat kita nyaman, karena biasanya aktivitas itulah yang akan menghambat kita melakukan tindakan demi mencapai harapan atau cinta-cita yang telah kita targetkan.
Perubahan itu kadangkala menyakitkan pada awalnya, namun itulah bentuk pengorbanan yang harus kita lakukan agar kita bisa mencapai apa yang telah kita impikan. Seperti kata pepatah, "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian". Impian takkan bisa terwujud, tanpa sebuah pengorbanan.
Nobody has the
whole truth.
Everybody has a
piece of everything.
Kamis, 04 September 2014
Selamat Ulangtahun Tampan (2)
Selamat
datang diumur sembilanbelas, Sayang. Saat kamu harus melepas sikap
kekanak-kanakanmu dan siap menyapa dunia baru, dunia orang dewasa, yang katanya
tak ada lagi dongeng yang meninabobokan tangis semalam. Tapi, di mataku, kamu
tak pernah terlihat kanak-kanak.
Apa
kabar kamu? Aku sudah lama tak mengikuti beritamu, tak lagi sibuk mencarimu,
ataupun diam-diam mencuri kabarmu dari akun sosial media. Beberapa lama ini,
aku sengaja tak memusingkan semua tentangmu, berusaha tak lagi candu akan
kehadiranmu, dan tidak ingin tahu dengan siapa kamu menghabiskan sisa umurmu.
Tapi, ya, seperti surat-suratku beberapa tahun yang lalu, kamu selalu berlabuh
pada hati yang lain, yang tentu saja bukan aku sebagai dermaga pilihanmu.
Ini
surat kedua dariku. Surat yang setiap tahun kubuat saat ulang tahunmu. Surat
yang sebenarnya jika kutulis hanya menambah luka baru, rasa-rasa pahit yang
entah mengapa sekarang telah bisa membuatku tersenyum setiap kali aku
mengingatmu; mengingat kita. Surat ini kubuat di antara rasa lelahku ketika
harus berjibaku dengan beberapa tokoh novel dalam tulisanku. Tulisan sederhana
ini kuketik ketika mataku telah terantuk dan harusnya aku sudah meringkuk di
atas kasurku. Tapi, demimu, aku rela melakukan apapun, meskipun tanpa
sepengetahuanmu.
Mungkin
surat ini tak akan kaubaca, karena kamu sekarang mungkin sudah sibuk dengan
kekasih hatimu yang baru dan melupakanku. Tapi izinkan aku kembali mengingat
dirimu yang pernah begitu sempurna di mataku. Beri aku sedikit ruang untuk
bernafas setelah sekian lama dibikin sesak oleh kepergianmu. Malam ini hanya
bunyi laptop-ku dan ketikan jemari di keyboard-kulah yang menemaniku untuk
mengingat kenangan kita.
Ah,
seaandainya dulu aku sudah mengerti apa arti kasih sayang dan cinta, pasti
semua tak akan berakhir setolol ini. Lagipula, untuk apa diingat-ingat? Ini
hari ulang tahunmu, senang- senang dululah! Ayo, sini duduk di sampingku,
sedekat ketika kamu membagi makananmu untukku. Ceritakan apapun yang selama ini
kulewati tentangmu, critakan saja semua, aku tak peduli entah itu tentang
kedekatanmu dengan cewek lain, atau tentang pelajaran sastra bahasa yang sedang
kau jalani saat ini, ceritakan apa saja; pasti kudengar, Sayang.
Kalau
kamu mau dengar ceritaku, kamu pasti sudah bisa menebak. Aku masih terus
membayangkanmu setiap malam ku, menjadi anak kuliah yang katanya “Tidak boleh
menyepelekan tugas” tapi aku selalu meninggalkannya hanya ingin sendiri saja
bersama angin menceritakan seluruh rahasia, lalu meneteskan air mata.
Oh
iya, ngomong-ngomong selamat ulang tahun sekali lagi, maaf jika surat ini
isinya hanya perkataan bodoh yang mungkin membuatmu bosan. Aku Cuma ingin kau
paham, gadis ini belum melupakanmu barang sekecilpun. Kamu tetap yang pertama.
Selalu yang pertama.
Selamat
ulang tahun, pria yang pernah dan selalu ada. Aku masih bertanya-tanya, jika
benar ini cinta, apakah kaujuga merasakan getaran yang sama?
Kita pernah
bermimpi untuk selalu bersama
Akan tetapi jarak memisahkan kita
Dan saat
jarak menyatukan kita kembali
Kita sudah tidak
saling sapa
Kamis, 07 Agustus 2014
I used to care about you
Until i realized how pathetic i was to be crying over someone who simply didn't care. You hurt me you made me feel like i was worthless, stupid, and unimportant. i let you get me in fact, i let you in control me. I'm finally moving on. Although, you did teach me on thing, to never hold on to someone who isn't holding on to you. As for me, i know better, as for you, you lost a person who actually cared. :')
Rabu, 30 Juli 2014
Rabu, 23 Juli 2014
I don't care
Aku tidak peduli pada cemooh-cemooh temanku tentangmu. Tak ingin tau penilaian mereka tentangmu. Kata mereka kamu pemabuk, perokok, pengecut dan pemain wanita. Aku tak mau tau karena aku tak melihatmu dari segala sisi itu, kau sempurna dimataku. Kesempurnaan yang bisa aku baca dan kurasa ketika kita bersama...
Aku tidak peduli dangan perkataan orang-orang di sekitarku bahwa kita tidak akan bisa bersama lagi. Aku hanya bisa menjawab semua cacian itu dengan senyum dan berkata "Biar kami yang menjalani semua. Kami yang tahu apa yang terjadi selama ini." Dan, ketika ku jawab seperti itu, mereka hanya menggenggam bahuku seakan melihat gadis bernasib buruk sedunia. Aku sungguh tak merasa keburukan itu, bersamamu kurasakan kebahagiaan yang tak akan mereka pahami.
Aku tidak peduli dengan kedekatan kita yang semakin hari semakin tak jelas ini. kedekatan yang kian tak ku pahami. Aku tau kau disampingku, bersamaku, tapi kita berjarak meskipun dekat kembali. Seakan saling menghilang meskipun telah menemukan. Aku tak tahu kesalahan ini dinamakan apa. Yang aku tangkap, aku gadis yang tak tau ini itu tapi tau mencintai kamu. Ketika kita pertama menjalin hubungan, akhirnya berpisah, dan di pertemukan kembali. Ketika semua berjalan sangat panjang dan lama, aku tau semua akan berlanjut dan mungkin tak punya akhir yang pasti. Sekarang setelah menunggu selama tiga tahun, prasangka itu terjawab sudah, hubungan kita (seakan) tak bergerak sama sekali. Kita berjalan dan berpindah tapi seakan berputar di tempat yang sama, kita berjalan beriringan tapi tak kunjung bertemu di ujung jalan.
Aku seakan tidak peduli dengan perubahanmu yang semakin sulit kutoleransi. Kamu yang selalu hilang ketika aku butuhkan, kamu yang menjawab pesan singkatku dengan jumlah karakter yang bisa di hitung oleh jemari, kamu yang ku dengar dekat lagi dengan seseorang yang baru, dan kamu yang seakan tak pernah menunjukkan cinta dalam tatapan matamu padaku.
Awalnya, aku memang tidak peduli pada perasaan, status, dan cemooh orang lain tentang hubungan kita. Perkataan-perkataan bodoh dan penilaian negatif bahwa kita tak mungkin bersama kembali. Aku menutup telinga dan berusaha memelukmu dalam bayang-bayang, peluk hangat yang mungkin tak pernah kaurasakan hingga sekarang.
Tiga tahun, Sayang, aku berusaha tak peduli dengan presepsi mereka, pada datang dan pergimu. Tapi, setiap melihat wajahmu dari jauh, setiap kunikmati aroma tubuhmu yang duduk disampingku, setiap kulihat wajahmu saat menghembuskan asap rokok, dan setiap kudengar kabar bahwa kau sedang dekat dengan yang lain; rasanya ingin saja aku berhenti mencintaimu dan amnesia pada kedekatan kita yang terjalin kembali setelah kita berpisah tiga tahun lalu itu.
Aku tidak peduli, namun semakin aku tidak peduli, semakin aku takut kehilangan kamu.
Aku tidak peduli dangan perkataan orang-orang di sekitarku bahwa kita tidak akan bisa bersama lagi. Aku hanya bisa menjawab semua cacian itu dengan senyum dan berkata "Biar kami yang menjalani semua. Kami yang tahu apa yang terjadi selama ini." Dan, ketika ku jawab seperti itu, mereka hanya menggenggam bahuku seakan melihat gadis bernasib buruk sedunia. Aku sungguh tak merasa keburukan itu, bersamamu kurasakan kebahagiaan yang tak akan mereka pahami.
Aku tidak peduli dengan kedekatan kita yang semakin hari semakin tak jelas ini. kedekatan yang kian tak ku pahami. Aku tau kau disampingku, bersamaku, tapi kita berjarak meskipun dekat kembali. Seakan saling menghilang meskipun telah menemukan. Aku tak tahu kesalahan ini dinamakan apa. Yang aku tangkap, aku gadis yang tak tau ini itu tapi tau mencintai kamu. Ketika kita pertama menjalin hubungan, akhirnya berpisah, dan di pertemukan kembali. Ketika semua berjalan sangat panjang dan lama, aku tau semua akan berlanjut dan mungkin tak punya akhir yang pasti. Sekarang setelah menunggu selama tiga tahun, prasangka itu terjawab sudah, hubungan kita (seakan) tak bergerak sama sekali. Kita berjalan dan berpindah tapi seakan berputar di tempat yang sama, kita berjalan beriringan tapi tak kunjung bertemu di ujung jalan.
Aku seakan tidak peduli dengan perubahanmu yang semakin sulit kutoleransi. Kamu yang selalu hilang ketika aku butuhkan, kamu yang menjawab pesan singkatku dengan jumlah karakter yang bisa di hitung oleh jemari, kamu yang ku dengar dekat lagi dengan seseorang yang baru, dan kamu yang seakan tak pernah menunjukkan cinta dalam tatapan matamu padaku.
Awalnya, aku memang tidak peduli pada perasaan, status, dan cemooh orang lain tentang hubungan kita. Perkataan-perkataan bodoh dan penilaian negatif bahwa kita tak mungkin bersama kembali. Aku menutup telinga dan berusaha memelukmu dalam bayang-bayang, peluk hangat yang mungkin tak pernah kaurasakan hingga sekarang.
Tiga tahun, Sayang, aku berusaha tak peduli dengan presepsi mereka, pada datang dan pergimu. Tapi, setiap melihat wajahmu dari jauh, setiap kunikmati aroma tubuhmu yang duduk disampingku, setiap kulihat wajahmu saat menghembuskan asap rokok, dan setiap kudengar kabar bahwa kau sedang dekat dengan yang lain; rasanya ingin saja aku berhenti mencintaimu dan amnesia pada kedekatan kita yang terjalin kembali setelah kita berpisah tiga tahun lalu itu.
Aku tidak peduli, namun semakin aku tidak peduli, semakin aku takut kehilangan kamu.
Selasa, 22 Juli 2014
Senin, 07 Juli 2014
Aku Hanya Mau Kamu. Salah?
Aku
tak tau. Seakan memori ini terlalu berharga untuk diletakkan begitu
saja, dalam kotak kenangan. Menjadi kotak Pandora yang tak boleh dibuka,
tapi pasti senantiasa rasa penasaran terus menghantui dan ingin kubuka
setiap saat.
Kata orang, ada garis tipis, sangat tipis, antara tulus dan bodoh. Entahlah, aku mungkin berada di tengahnya. Di garis sangat tipis, hanya saja aku tak tau mana yang di bawah, tulus atau bodoh. Sehingga jika pada akhirnya gravitasi cintamu membuat tempat kuberpijak tak mampu lagi menahan, aku akan jatuh ke lubang ketulusan yang gelap tak berujung, atau kubangan kebodohan yang menggelitik nadi dan memutus semua logika.
Aku hanya mau kamu. Salah? Tolong beri aku alasan. Aku tak tahan lagi diterjang jarum detik tanpamu. Jarum yang bahkan malaikat pun tak bisa hentikan. Tanpamu terlalu sakit rasanya.
Aku sudah mencintaimu tanpa hati. Hampir seluruhnya kau bawa pergi, dan sisanya aku makan sendiri.
Sakit, tak apa kau menyakitiku. Seperti apa yang pernah aku katakan. Tak apa aku disakiti, sebagaimanapun. Daripada aku menyakiti, karena menyakiti rasanya lebih menyakitkan, melihat orang yang dikasihi kesakitan. Biarkan aku duduk di persimpangan jalan sepi ini.
Tak ada petunjuk arah ke mana kamu pergi. Aku hanya ingin kembali.
Kata orang, ada garis tipis, sangat tipis, antara tulus dan bodoh. Entahlah, aku mungkin berada di tengahnya. Di garis sangat tipis, hanya saja aku tak tau mana yang di bawah, tulus atau bodoh. Sehingga jika pada akhirnya gravitasi cintamu membuat tempat kuberpijak tak mampu lagi menahan, aku akan jatuh ke lubang ketulusan yang gelap tak berujung, atau kubangan kebodohan yang menggelitik nadi dan memutus semua logika.
Aku hanya mau kamu. Salah? Tolong beri aku alasan. Aku tak tahan lagi diterjang jarum detik tanpamu. Jarum yang bahkan malaikat pun tak bisa hentikan. Tanpamu terlalu sakit rasanya.
Aku sudah mencintaimu tanpa hati. Hampir seluruhnya kau bawa pergi, dan sisanya aku makan sendiri.
Sakit, tak apa kau menyakitiku. Seperti apa yang pernah aku katakan. Tak apa aku disakiti, sebagaimanapun. Daripada aku menyakiti, karena menyakiti rasanya lebih menyakitkan, melihat orang yang dikasihi kesakitan. Biarkan aku duduk di persimpangan jalan sepi ini.
Tak ada petunjuk arah ke mana kamu pergi. Aku hanya ingin kembali.
-daraprayoga-
Selasa, 01 Juli 2014
Kamu...
Sesosok perhatian yang selalu menanyakan keadaan dan akan takut apabila kita terluka atau dalam kondisi bahaya? Aku benci harus kehilangan kamu saat aku benar benar membutuhkanmu. Ada saat-saat dalam hidupku, saat aku tetap meyakini bahwa ini adalah sementara. Aku masih meyakini suatu saat aku akan menjadi satu-satunya lagi untuk selamanya dalam kehidupanmu.
Aku bangun, mengawali hari mengajak Tuhan berbicara,
mengatakan pada Tuhan bahwa aku sangat bersyukur bisa mencintaimu. Meskipun
kamu tak kan pernah tau sejauh mana aku selalu ada untukmu. Pait. Pait sekali
jika di rasakan. Tapi Tuhan baik padaku untuk di berinya kekuatan dan ketabahan
untuk menghadapi hatimu yang mungkin juga milik orang lain.
Usahaku begitu keras untuk mamatikan perasaan ini. Segalanya
memang tak mudah karena perjuangan ku untuk mu terlalu lama dan terus
berlanjut. Penyatuan kita juga tidak mendapatkan titik temu. Mungkinkah dulu hanya aku yang berjuang sendiri? Mungkinkah dulu hanya aku yang ingin kejelasan? Banyak
hari kulewatkan denganmu. Kamu menghangatkanku di tengah dinginnya malam dengan
candaan kecilmu. Bagaimana mungkin aku bisa begitu mudah melupakan hal-hal
spesial yang sempat kulewatkan bersamamu?
Kamu bisa mudah melupakan segalanya. Kebersamaanmu dengannya
sudah cukup menjawab semuanya. Aku bukanlah sosok yang kau harapkan. Aku selalu
berusaha untuk membahagiakanmu, namun nampaknya usahaku tak begitu terlihat
dimatamu. Aku mencoba menerima kenyataan dan perubahan itu....
Kamu tersenyum. Sederhana sekali. Ternyata, dari banyaknya pengabaian
dan rasa sakit yang kau berikan, aku masih bisa mencintaimu.
Minggu, 29 Juni 2014
?
Sebenarnya sudah lelah hati ini untuk kesekian kalinya cerita kita tetap seperti ini...
Kamu terangi aku, kau redupkan kembali dan kamu pergi. Ya. Easy for you to say. But, is it easy for you to do what you have to say ? Mungkin mudah bagimu.. Jika mudah mengapa kau selalu pergi dan datang kembali? Aku tidak melarangmu untuk datang kehidupanku. Tapi setidaknya kamu juga mengerti ini. Ya aku tau aku bukan siapa siapa. Mungkin bagimu juga aku hanya masalalumu yang sudah terkubur oleh debu debu penghuni hatimu yang baru. Oh mungkin salah, kamu dan aku hanya menjaga pertemanan setelah kita bukan "kita"...
Dan aku telah sampai pada pemahaman bahwa kita memang bukan untuk kita. Maaf selama ini selalu merepotkanmu. Maaf juga telah membuatmu kecewa. Luka ku harus cepat sembuh dan kamu tidak berbuat banyak. Aku terlalu egois memang. Selalu meminta agar kamu selalu ada untukku. Aku mungkin terlalu enggan menunggu, terlalu enggan bersabar.Tapi kamu pernah bilang bahwa soal hati siapa yang tau bukan? Aku mengikuti hatiku untuk sembuh untuk sedikit menghilangkan penat. Hatiku terlalu ngilu untuk terus kau tarik ulur. Tuan, jika aku katakan kau tidak ada gantinya itu memang benar. Tapi tentu saja kau tidak percaya bukan? Terserah apapun persepsimu. Aku hanya ingin luka ku sembuh. Ada banyak yang lebih darimu tapi itu tetap saja bukan kamu. Aku rasa semua kata-kataku percuma untukmu, tapi aku percaya di dunia ini tidak ada yang percuma. Maka bolehkah aku sejenak untuk bersandar pada bahu selain bahumu karena kau tak kunjung memberikan bahumu?
Tapi kamu tau, sulit bagiku untuk bersandar selain di bahumu.....
Kamu terangi aku, kau redupkan kembali dan kamu pergi. Ya. Easy for you to say. But, is it easy for you to do what you have to say ? Mungkin mudah bagimu.. Jika mudah mengapa kau selalu pergi dan datang kembali? Aku tidak melarangmu untuk datang kehidupanku. Tapi setidaknya kamu juga mengerti ini. Ya aku tau aku bukan siapa siapa. Mungkin bagimu juga aku hanya masalalumu yang sudah terkubur oleh debu debu penghuni hatimu yang baru. Oh mungkin salah, kamu dan aku hanya menjaga pertemanan setelah kita bukan "kita"...
Dan aku telah sampai pada pemahaman bahwa kita memang bukan untuk kita. Maaf selama ini selalu merepotkanmu. Maaf juga telah membuatmu kecewa. Luka ku harus cepat sembuh dan kamu tidak berbuat banyak. Aku terlalu egois memang. Selalu meminta agar kamu selalu ada untukku. Aku mungkin terlalu enggan menunggu, terlalu enggan bersabar.Tapi kamu pernah bilang bahwa soal hati siapa yang tau bukan? Aku mengikuti hatiku untuk sembuh untuk sedikit menghilangkan penat. Hatiku terlalu ngilu untuk terus kau tarik ulur. Tuan, jika aku katakan kau tidak ada gantinya itu memang benar. Tapi tentu saja kau tidak percaya bukan? Terserah apapun persepsimu. Aku hanya ingin luka ku sembuh. Ada banyak yang lebih darimu tapi itu tetap saja bukan kamu. Aku rasa semua kata-kataku percuma untukmu, tapi aku percaya di dunia ini tidak ada yang percuma. Maka bolehkah aku sejenak untuk bersandar pada bahu selain bahumu karena kau tak kunjung memberikan bahumu?
Tapi kamu tau, sulit bagiku untuk bersandar selain di bahumu.....
Selasa, 27 Mei 2014
Geram
Aku lelah dengan semua ini
Aku menjelma menjadi anak malam
Akan tuntutan yang semakin berat
Aku adalah aku
Aku tak bisa menjadi anak yang sempurna
Yang mungkin sekarang
Tidak bisa membanggakan orang tua
Tapi suatu saat aku akan membahagiakanmu mama papa...
Dan untuk kamu,
Aku lelah berada disini
Aku butuh terang
Aku ingin kamu menjadi bintang
Untuk menerangkan fikiran ini
Tolong temani aku malam ini
Menjadi bintang terangi aku dalam kesenyuin ini,
Jumat, 16 Mei 2014
Aku selalu mengira tidak bisa hidup tanpa cintanya. Aku lupa, semua luka perlahan-lahan akan sembuh juga. Biarkan saja waktu yang jadi obatnya. Saat itu akan tiba, ketika aku benar-benar menerima kenyataan bahwa kini tak ada lagi 'kita'. Sekarang hanya aku, minus dirinya. Dia pergi terlalu lama dan aku terlalu bodoh terus terusan memikirkan dirinya. Aku bisa hidup tanpa kenangan dan senyumnya. Kalau sebelum mengenal dia saja aku bisa bahagia, apa bedanya bahagia setelah tanpa dirinya?
Aku tak
ingin memulai pertengkaran denganmu. Inginnya aku punya hubungan yang normal,
layaknya para pecinta lain yang saling mengasihi. Penesalan memang tak pernah
muncul di awal episode, kecuali hidup kita beralur flashback. Harusnya dulu tak
kubiarkan kesalah pahamanm berlarut-larut. Harusnya bisa kubaca apa maumu agar
kau juga memahami apa mauku. Tapi air sudah tertumpah ketanah, tak mungkin di
tuang ke gelas lagi. Sia-sia. Mencintaimu adalah sebuah kesia-siaan. Memilikimu
adalah memelihara kerugian. Tapi aku menikmatinya. Seperti aku sakit jiwa,
karena aku menikmati nyeri di dadaku tiap kali kau melukaiku.
Jumat, 28 Maret 2014
Minggu, 26 Januari 2014
unknown
Rasanya memang sulit melupakan peristiwa yang sengaja di ciptakan untuk tidak di lupakan...
Kala itu, aku mulai rasakan kaukan menjadi seseorang istimewa. Suatu saat yang mengubahku menjadi wanita yang berbeda. Tetapi, ternyata semua hanya sebuah kiasan. Kau yang ku tunggu lebih senang menjamu hal yang semu.Aku menunggu hingga lagi tak bisa menunggu.
Keputusanku untuk meninggalkan kota kita dulu karena aku mengobati luka. Apa pedulimu? Kamu juga tidak mengejarku. Kamu hanya sering mengirim surat, berkali-kali, berlembar-lembar. Apa tulisan bagimu sudah menjadi obat pengering luka ku?
Disini, sudah ada laki-laki yang menggantikanmu. Jangan khawatir, dia tidak akan membuatku terus menunggu seperti kau yang selalu membuatku menunggu. Aku hanya membutuhkan kepastian dan dia memberikannya hanya untukku.Sebenarnya wajah pria itu hampir mirip denganmu. Aku berusaha mencari dirimu di dalam dirinya. Aku bersikeras menemukan sifatmu di dalam tingkah lakunya. Namun, tetap saja pelukmu dan manjamu tidak kutemukan di dalam sesoknya.
Aku rindu cahaya bulan di kota kita, tapi belum waktunya aku pulang. Aku belum siap bertemu lagi dengan kenangan yang selama ini belum benar-benar kulupakan. Juga merindukan pelukan sederhanamu yang tak bisa diberikan siapapun, selain lenganmu.
Mungkin aku merindumu...
Kala itu, aku mulai rasakan kaukan menjadi seseorang istimewa. Suatu saat yang mengubahku menjadi wanita yang berbeda. Tetapi, ternyata semua hanya sebuah kiasan. Kau yang ku tunggu lebih senang menjamu hal yang semu.Aku menunggu hingga lagi tak bisa menunggu.
Keputusanku untuk meninggalkan kota kita dulu karena aku mengobati luka. Apa pedulimu? Kamu juga tidak mengejarku. Kamu hanya sering mengirim surat, berkali-kali, berlembar-lembar. Apa tulisan bagimu sudah menjadi obat pengering luka ku?
Disini, sudah ada laki-laki yang menggantikanmu. Jangan khawatir, dia tidak akan membuatku terus menunggu seperti kau yang selalu membuatku menunggu. Aku hanya membutuhkan kepastian dan dia memberikannya hanya untukku.Sebenarnya wajah pria itu hampir mirip denganmu. Aku berusaha mencari dirimu di dalam dirinya. Aku bersikeras menemukan sifatmu di dalam tingkah lakunya. Namun, tetap saja pelukmu dan manjamu tidak kutemukan di dalam sesoknya.
Aku rindu cahaya bulan di kota kita, tapi belum waktunya aku pulang. Aku belum siap bertemu lagi dengan kenangan yang selama ini belum benar-benar kulupakan. Juga merindukan pelukan sederhanamu yang tak bisa diberikan siapapun, selain lenganmu.
Mungkin aku merindumu...
Jumat, 17 Januari 2014
Kamu. Pecundang.
Entah mengapa yang ada di benakku sekarang. Kamu pahlawan baruku. Ah tidak! Lebih tepatnya, kamu pecundang yang membuat hidupku seperti figuran yang sesekali di butuhkan.
Aku kira kau lelaki yang di kirimkan tuhan untukku. Untuk menghapus air mataku jika hati ini sedang rapuh.
Tuhan, terimakasih atas pangeran yang telah kau kirimkan untuk ku. Tapi, apa iya kamu pahlawan sesungguhnya? Ah sudah lah, yang aku pikirkan hanya kamu yang bisa merubah segalanya menjadi lebih baik sejauh ini.
Hari demi hari kita lewati bersama. Ya, kamu membuat semua lebih indah. Sekali lagi. Membuat semua menjadi indah dan terang. Aku terbangun dari kegelapan yang selalu menyelimuti hari-hariku. Aku bangun karena, aku mulai bangkit dari masalalu yang mungkin membuat ku sangat rapuh untuk menghadapi semua ini.
Dan sampai hal yang aku takut kan akan terjadi. Aku takut untuk jatuh kembali. Ya aku takut kehilanganmu dan kehilangan cintaku yang kedua kalinya. Kamu menguatkan ku dengan kata kata manismu, untuk selalu ada untukku.
Tapi... tapi apa? Kamu meninggalkan ku. Tak ada alasan yang pasti, kamu seolah menghilang bagaikan debu yang terhembus angin. Ya hilang entah kemana. tanpa alasan yang pasti.
Mengapa begini? Apa salah denganku? Ada apa denganmu? Apa kamu tidak mencintaiku? Seandainya kamu tak mencintaiku, aku tak memaksa mu untuk mencintaiku, aku juga tak memaksamu untuk selalu ada untukku selalu menemaniku. Aku hanya ingin kau menjadi temanku. Hingga aku bisa melepasmu. Pelan....
Aku tau dari awal kita hanya teman sharing satu sama lain, aku juga tak punya rasa kepadamu. Tapi kamu! Iya kamu! Kamu yang merubah segalanya. Kamu pelan pelan mengajakku untuk masuk dalam duniamu. Kamu yang membuatku jatuh akan cintamu. Setelah aku benar benar mencintaimu kamu malah pergi dan meninggalkan aku begitu saja di dunia mu ini. Bagaimana aku bisa keluar. Keluar dari duniamu ini dengan sendiri. Ah sudah. Semua ini salahku. Bodoh..
Kamu beda. Kamu beda dengan pertama aku kenal. Menyesal rasanya untuk masuk di duniamu. Rasanya ingin seperti dulu menjadi teman curhat yang selalu ada. Dan ya kamu hebat!
Oh apa mungkin aku salah untuk mengartikan semua ini. Apa aku terlalu berharap kepadamu? Maaf aku tidak sengaja. Dan seharusnya kamu juga tidak berpura pura untuk jatuh cinta kepadaku pecundang. Ya pecundang yang hilang begitu saja.
Kamu hanya seperti pecundang yang takut akan segala sesuatu.
Aku kira kau lelaki yang di kirimkan tuhan untukku. Untuk menghapus air mataku jika hati ini sedang rapuh.
Tuhan, terimakasih atas pangeran yang telah kau kirimkan untuk ku. Tapi, apa iya kamu pahlawan sesungguhnya? Ah sudah lah, yang aku pikirkan hanya kamu yang bisa merubah segalanya menjadi lebih baik sejauh ini.
Hari demi hari kita lewati bersama. Ya, kamu membuat semua lebih indah. Sekali lagi. Membuat semua menjadi indah dan terang. Aku terbangun dari kegelapan yang selalu menyelimuti hari-hariku. Aku bangun karena, aku mulai bangkit dari masalalu yang mungkin membuat ku sangat rapuh untuk menghadapi semua ini.
Dan sampai hal yang aku takut kan akan terjadi. Aku takut untuk jatuh kembali. Ya aku takut kehilanganmu dan kehilangan cintaku yang kedua kalinya. Kamu menguatkan ku dengan kata kata manismu, untuk selalu ada untukku.
Tapi... tapi apa? Kamu meninggalkan ku. Tak ada alasan yang pasti, kamu seolah menghilang bagaikan debu yang terhembus angin. Ya hilang entah kemana. tanpa alasan yang pasti.
Mengapa begini? Apa salah denganku? Ada apa denganmu? Apa kamu tidak mencintaiku? Seandainya kamu tak mencintaiku, aku tak memaksa mu untuk mencintaiku, aku juga tak memaksamu untuk selalu ada untukku selalu menemaniku. Aku hanya ingin kau menjadi temanku. Hingga aku bisa melepasmu. Pelan....
Aku tau dari awal kita hanya teman sharing satu sama lain, aku juga tak punya rasa kepadamu. Tapi kamu! Iya kamu! Kamu yang merubah segalanya. Kamu pelan pelan mengajakku untuk masuk dalam duniamu. Kamu yang membuatku jatuh akan cintamu. Setelah aku benar benar mencintaimu kamu malah pergi dan meninggalkan aku begitu saja di dunia mu ini. Bagaimana aku bisa keluar. Keluar dari duniamu ini dengan sendiri. Ah sudah. Semua ini salahku. Bodoh..
Kamu beda. Kamu beda dengan pertama aku kenal. Menyesal rasanya untuk masuk di duniamu. Rasanya ingin seperti dulu menjadi teman curhat yang selalu ada. Dan ya kamu hebat!
Oh apa mungkin aku salah untuk mengartikan semua ini. Apa aku terlalu berharap kepadamu? Maaf aku tidak sengaja. Dan seharusnya kamu juga tidak berpura pura untuk jatuh cinta kepadaku pecundang. Ya pecundang yang hilang begitu saja.
Kamu hanya seperti pecundang yang takut akan segala sesuatu.
Dan mungkin sangat munafik sekali jika aku mengatan itu kepadamu. Tidak. Aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu. Entah ....
Selasa, 14 Januari 2014
Cinta? Tulus?
Mencintai
dengan tulus, bukan bagaimana menimbang-nimbang bagaimana kelebihannya bisa
kamu seimbangkan dengan dirimu sendiri. Mencintai dengan tulus adalah bagaimana
kamu menerima segala kekurangannya. Namun apakah kita mencintai hanya ingin
mendapat kekurangannya? Semua orang pasti memiliki kelebihan, akan tetapi
anggap saja itu bonus. Agar kelak kita tak jumawa dan memanfaatkan.
Mencintai
adalah mengerti. Mengkonversi, bagaimana kekurangan yang dimilikinya diubah
menjadi kelebihan. Setidaknya bagi diri sendiri.
Seperti...
Aku
tidak sengaja jatuh cinta kepadamu. Aku tidak sengaja benci membayangkan ini
semua hanya pesan yang gagal aku decode dengan baik. Pesan yang kamu kirimkan
begitu rumit, atau alat pen-decode-ku yang kalut tertutupi canggung, takut,
rindu, cemas, harap, dan kawan-kawannya?
Aku
tidak sengaja menjadikanmu “karena” dalam setiap “mengapa” yang bermuara di
benakku.
Maaf,
aku tidak sengaja…
Dan
kamu tidak harus sengaja untuk jatuh cinta.
Rabu, 08 Januari 2014
Happy Born Day Bos
Hai bos? Apa kabar? Oke happy born day ya. I hope you get better. God bless you and thanks for everything.
sekali lagi selamat sembilan januari
Langganan:
Postingan (Atom)